
Begitu juga yang dirasakan mahasiswa asal Vietnam yang biasa disapa Kim ini. Saat Kim mengetahui namanya masuk sebagai salah satu siswa asal Vietnam dalam program pertukaran mahasiswa asing di Indonesia, Kim mengaku senang sekali.
Apalagi, mahasiswa semester II FKIP ini mengetahui bila universitas tempatnya menimba ilmu di Indonesia adalah UGM. Pasalnya, di negaranya, nama UGM begitu sangat dikenal dan termasuk salah satu universitas bergengsi di Asia Tenggara.
"Senang sekali saya bisa kuliah di UGM. Saya sekarang duduk di semester II FKIP. UGM di negara saya begitu dikenal. Universitas ini termasuk universitas idaman di negara saya," ungkap Kim dengan bahasa Indonesia yang belum begitu lancar, saat berbincang dengan Okezone di ruang rektorat, UGM, Yogyakarta, Senin (26/8/2013).
Menurut Kim, suasana Kota Yogyakarta tidak jauh berbeda dari negaranya. Di mana pengguna sepeda onthel di Yogyakarta juga banyak. Meskipun awalnya, Kim mengaku kesulitan dalam hal bahasa, namun bukan suatu halangan bagi Kim untuk berkuliah di Yogyakarta.
"Tadinya bahasa cukup menyulitkan. Tapi dengan bantuan rekan satu negara saya yang sudah terlebih dahulu kuliah di Yogyakarta, bahasa tidak lagi menjadi kendala," ujarnya.
Modal tersebut dipakai Kim untuk berbaur di kampus biru. Mengenal lebih jauh tentang materi perkuliahan di FKIP UGM. Termasuk pola mengajar para dosen di UGM, yang diakui Kim seperti kekeluargaan.
Tidak hanya para dosennya yang diaanggap Kim seperti keluarga, staf rektorat UGM juga banyak membantu. Termasuk menyediakan alat transportasi Green Car untuk mengantar para mahasiswa ke lokasi yang dituju tanpa dipungut biaya.
"Prosesnya tidak sulit. Hanya meminta antar saja sudah cukup. Itu gratis," paparnya.
Selain mengasyikkan kuliah di UGM, Kim menganggap Yogyakarta identik dengan batik. Di sini, ungkap Kim, mahasiswa ditekankan untuk lebih mengenal dan mencintai budaya bangsa sendiri. Apalagi di UGM banyak mahasiswa asing. Setidaknya mereka tahu bahwa batik adalah budaya dari Indonesia.(okezone.com)